Sejak kita masih kecil, kita tidak pernah lepas dari yang namanya guru. Baik itu guru dalam artian formal (dalam lembaga pendidikan) maupun guru-guru yang dalam artian informal (di luar lembaga pendidikan). Sekarang marilah kita merenungkan, guru manakah yang seringkali menimbulkan inspirasi bagi kita? Yang dapat membangkitkan gairah kita untuk belajar dan menggali lebih jauh mengenai ilmu yang diajarkan? Berdasarkan pengalaman saya pribadi yang lebih berpengaruh dalam hidup saya adalah guru-guru yang dalam artian informal. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa bisa demikian ya?
Bulan lalu, saya menonton sebuah film yang menurut saya sangat bagus. Film yang berjudul "3 Idiots". Dari sana saya dapat melihat bahwa apa yang seringkali diberikan oleh guru-guru dalam pendidikan formal, bukanlah ilmu yang kita perlukan untuk hidup, namun mental pressure. Murid akan dibebani dengan tekanan demi tekanan yang akan membuat mereka stres. Dan ironisnya adalah terkadang para orang tua justru menyenangi model guru yang demikian.
Saya ambil contoh dari pengalaman saya selama tahun mengajar. Selama 6 tahun, saya mengajar musik (gitar). Dalam jangka waktu tersebut, banyak pengalaman yang bisa membuat saya belajar banya mengenai kesalahan dalam pola berpikir masyarakat kita kebanyakan. Saya mengajar dalam satu pertemuan adalah 45 menit. Murid yang saya miliki memiliki latar belakang untuk belajar yang berbeda-beda. Ada yang karena minat yang besar, namun tidak sedikit pula yang hanya terpaksa menuruti obsesi orang tua. Tentu saja cara mengajar terhadap kedua tipe murid tersebut harus berbeda. Terhadap murid yang belum memiliki minat untuk mempelajari musik, goal utama saya adalah bagaimana cara membangkitkan minat anak ini terhadap musik? Apabila minat sudah tumbuh maka the next step will be easier. Maka selama mengajar saya harus membuat murid ini se-enjoy mungkin. Saya berusaha "mengambil" hatinya terlebih dahulu baik melalui jokes, cerita, dll. Namun mayoritas orang tua murid tersebut tidak lama akan memberhentikan anaknya untuk belajar pada saya dengan alasan "kalau les gurunya lebih banyak omong, bercanda dll" dan memindahkan anaknya kepada guru yang lebih "menurut saya" kejam (yang kalau anak tidak menurut akan dipukul, dicubit dll). Saya berani menjamin bahwa seumur hidup anak tersebut akan menjadi teacher's pet karena biasa dididik untuk terpaksa menuruti kehendak orang lain.
Lalu bagaimana saya sebagai seorang guru seharusnya bersikap? Apakah saya harus menjadi sesuai dengan keinginan customer ataukah menjadi seorang idealis? Ada percabangan antara prioritas bisnis dengan pendidikan.
Saya memilih untuk menjadi menempuh cara-cara yang saya yakini benar. Karena saat saya menjalani profesi sebagai guru, main goal nya bukanlah uang namun bagaimana cara membuat anak didik saya mendapatkan inspirasi sebanyak-banyaknya dan senantiasa belajar dan mengembangkan diri baik di bawah bimbingan saya maupun orang lain. Prioritas bisnis (keuntungan dan uang) akan saya kejar melalui profesi yang saya jalani di bidang lain.
Kalau anda menjadi guru (pembimbing) dan anda benar-benar perlu uang dan anda bingung bagaimana seharusnya seorang guru bersikap? (Haruskah saya bersikap sesuai kehendak customer atau tetap idealis)?
Saatnya nurani anda menjawab.
Regards
No comments:
Post a Comment